Butuh kesadaran reflektif dalam alur narasi

Prasangka buruk kadang membelenggu diri. Belenggu ini yang membumbui  pandangan denotatif menjadi buram. Bahkan cerita yang sudah tersusun secara aklamatif berubah menjadi fatamorgana abu-abu. Beginilah jalinan alur dari sepasang merpati yang belum terikat oleh tali merah surgawi. Sehingga hari-hari tersita oleh telepati negatif yang terbersit lewat telinga kiri. 

Harga saling percaya diantara dua sejoli perlu ditanam di palung hati. Tujuan selaras dan serasi perlu diracik lewat komunikasi yang efektif. Agar keresahan akan redup baik di fikiran dan hati. Perlu diperhatikan fikiran dan hati menjadi penentu dalam membentuk narasi kisah indah bagi orang yang menjalani cinta. Memang mengintegrasikan fikiran dan hati bukan perkara yang mudah. Perlu adanya jiwa holistik yang reaktif supaya antiklimaks cepat tercipta dalam alur-alur yang disediakan. Lalu bagaimana meminta jiwa holistik tersebut ? Yaitu dengan adanya introspeksi ketika ada masalah diantara keduanya. 

Amarah buah dari nafsu negatif dari klimaksnya masalah. Merubah amarah menjadi kesadaran reflektif butuh rentang waktu. Kadang kesadaran reflektif cepat datang, kadang juga butuh proses lama. Kesadaran reflektif bisa cepat datang karena kemauan seseorang untuk mendatangkan kembali kasih sayang. Betapa kasih sayang membuat senyum bunga matahari begitu merona di mata sang pujangga. Begitu pula kasih sayang melahirkan bait-bait yang indah yang dapat dibukukan oleh pujangga-pujangga.



Posting Komentar

0 Komentar