Memaknai Seorang Wanita


Wanita, bukanlah untuk dihina atau dicerca. Melainkan dirinya sebagai sandingan dari seorang laki-laki di muka bumi. Sebengis-bengisnya Firaun, dia tidak menggoreskan timah panas ke tubuh istrinya. Perjalanan wanita tidak sama dengan laki-laki dalam melangkahkan pola pikirnya. Karena hati merupakan andalan baginya dalam merengkuh apa yang belum terjadi padanya. Sungguh ini merupakan tanda kebesaran Tuhan untuk menciptakannya di bumi. 

Ketika hati sudah tidak mampu menahan amarah dari seorang wanita. Dengan terpaksa air mata sebagai obat laranya. Curahan hati seorang wanita kadang harus tertulis di buku pribadinya sebagi tutur kekesalan atau kebahagian. Dan buku itu terkadang seperti catatan rakib atau atid yang disimpan tanpa sepengetahuan orang banyak. Begitulah gambaran dari seorang wanita yang ingin eksis tanpa memperlihatkan rona kegelisahan dan kekesalannya. Sebagaimana Sayyidatuna Fatimah yang selalu senyum dikala kehangatan badai kesulitan menerpanya. 

Begitu bijaknya rasul sehingga perkataannya tidak baku menjadi sebuah khabar. Bahwa sang istri harus sujud dihadapan suaminya. Karena sang Nabi tau bahwa yang harus disembah hanya Tuhan yang kuddus. Assosiasi perkatannya hanyalah seorang Istri harus menghormati perkataan suami. Tentunya perkataan yang sesuai dengan syariat. 



Posting Komentar

0 Komentar