Quantum Hidup Rasul

Ketenangan hidup, jiwa yang mempunyai kesabaran dan keteguhan hati dalam menjalani kompleksitas hidup. Berbagai masalah tentunya akan dihadapi manusia selama hayat di kandung badan. Masalah bukan untuk diabaikan, bahkan dicarikan solusinya agar masalah akan lebur menjadi sebuah harapan. Memang kadang kita jenuh dalam menghadapi sebuah masalah. Karena manusia tidak mau memiliki sebuah masalah yang besar. Akan tetapi kita lihat betapa masalah seringkali dihadapi panutan Dunia Muslim Nabiyuna Muhammad Saw. Bila berkaca demikian masalah kita teramat kecil dari masalah kanjeng Nabi. Cercaan dan percobaan pembunuhan terhadap diri beliau hadapi. Tapi apa yang beliau ungkapkan Inawlaha ma'ana. Sungguh ungkapan yang bermakna indah, sesungguhnya Allah akan membantu kita dalam setiap masalah kita.

Kesulitan hidup memang menjadi sebuah tantangan bagi manusia. Ketakutan menjadi miskin salah satu ujaran yang seringkali diungkapkan oleh ikhwah kita di dalam menapaki hidup. Ya, memang siapa yang mau jadi miskin dalam menjalani hidup. Karena kemiskinan kadang membawa manusia menjadi kufur nikmat dan sebuah pertanyaan yang irrasional : kenapa Tuhan tidak memberikan kepingan emas, karena saya sering bersujud kepadanNya ? Secara pragmatik ungkapan itu telah menunjukan kekecewan terhadap janji Tuhan. Ayyuhal ikhwan, dari historikal Kanjeng Nabi yang hidup sangat sederhana beliau sangat tidak menjadikan harta nomor satu di dalam hidupnya. Dimana Beliau pernah selama setiap hari berpuasa karena tidak mendapati satu makananpun di meja hidang rumahnya. Adapun ketika beliau berbuka ada seorang pengemis yang meminta makanan berbukanya, lantas apa yang dilakukan nabi. Iklash memberi makanan berbukanya kepada si pengemis tadi. 

Iklash, sebuah kata tektonik yang keluar dari hati. Kenapa demikian ? Kadang akal tidak mau menerima pesan ikhlas dari hati. Sebab ikhlas menjadi quantum diri bagi diri mukmin saja. Sejatinya kata abstraktif itu membutuhkan sebuah konduktif dari kata sabar. Karena apabila sabar dan ikhlas dijalani seorang manusia maka tujuan hidup akan semangkin terlihat di atas kertas. Menjalani kedua sifat tersebut sama seperti mendaki gunung uhud dan gunung fuji. Dimana ketika kita menjalankan pertama kali serasa berat dan panas tapi akan berakhir dengan kesejukan bagi makna hidup. 



Posting Komentar

0 Komentar