Seni Menurut Agama

-->
Bab I

Pendahuluan



I.1. Latar Belakang


            Sering kali beberapa tokoh beragama menganggap negatif terhadap seni. Sebenarnya seni menurut Islam dimubahkan selama seni tersebut membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia (Quraish Syihab:1996:349). Oleh karena itu manusia harus menciptakan seni dengan tidak melanggar syariat atau ketentuan Allah. Ciptakanlah seni yang membuat orang merasa tertarik dan bisa mengapresiasikannya dengan baik. Melalui makalah ini penulis mencoba menghubungkan antara seni dan agama. Insya Allah dalam makalah ini akan terjawab apakah seni perlu difilterkan oleh agama? Atau  agama ada berdasarkan seni? Apakah seni tanpa agama akan menyimpang.

            Tanpa kita sadari bumi yang kita singgahi merupakan sebuah implementasi seni dari sang Pencipta agar kita merenungi betapa agungnya ciptaan Allah. Tidak ada seorang manusiapun mampu menandingi lukisan-Nya. Seindah apapun tiruannya tidak sebanding dengan seisi bumi yang telah di ciptakanNya. Ada air yang mengalir dengan alunannya yang sendu, ada udara yang menghiasi ruang dan waktu, dan ada cahaya bulan dan matahari yang tiada berhenti tunjukan senyumnya pada dunia ini.



 
Bab II
Kajian Teoritis


II.1 Pengertian Seni

            Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecendrungan seniman kepada yang indah, apapun jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia, atau fitrah yang dianugrahkan Allah(Quraish Syihab:1996:385). Selain itu sini juga bisa kita artikan  sesuatu yang menggerakkan kalbu atau hati (Daryanto:1996:524)  Adapun seni menurut Sukra ialah Seni adalah bentuk ekspresi yang dicurahkan dari dalam jiwa manusia, disampaikan dalam berbagai bentuk dan diterima oleh indra. Bisa kita ambil satu pemikiran arti seni setelah kita melihat ketiga tokoh dari bidang yang berbeda antara tokoh religius, tokoh seniman, dan tokoh pemerhati bahasa seni yaitu segala bentuk ekspresi yang dituangkan oleh manusia yang tersirat makna keindahan lalu diterima oleh indra untuk menggerakan hati dan kalbu manusia lainya untuk menyukainya.

            Menurut jenisnya seni itu dibagi menjadi:

v     Seni Lukis, Pahat, atau Patung
v     Seni Sastra
v     Seni Suara
v     Seni Musik
v     Seni Budaya
v     Seni Busana



II.2 Pengertian Agama

            Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan-di dunia begitu banyak tapi yang mendapat tempat di bumi Indonesia hanya ada lima(Daryanto:1998:20). Agama itu kepercayaan kepada adanya kekuasan mengatur yang bersifat luar biasa, yang pencipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati (A.S. Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield)
Sedangkan agama Islam ialah agama yang memiliki prinsip-prinsip dasar yang mewarnai sikap dan aktivitas pemeluknya. Puncak dari prinsip itu adalah tauhid (mengesakan Allah). Di sekelilingnya beredar planet-planet tata surya yang beredar di sekeliling matahari, yang tidak dapat melepaskan diri dari orbitnya. Unit-unit tersebut antara lain (Quraish Syihab:1996:382) :

  1. Kesatuan alam semesta. Dalam arti, Allah menciptakannya dalam keadaan yang serasi, seimbang, dan berada dibawah pengaturan dan pengendalian Allah Swt. Melalui hukum yang ditetapkan-Nya.
  2. Kesatuan kehidupan. Bagi manusia ini berarti bahwa kehidupan duniawinya menyatu dengan kehidupan ukhrawinya. Sukses atau kegagalan ukhrawi, ditentukan oleh amal duniawinya.
  3. Kesatuan ilmu. Tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum. Karena semuanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah Swt.
  4. Kesatuan iman dan rasio. Karena masing-masing dibutuhkan dan masing-masing mempunyai wilayahnya sehingga harus saling melengkapi.
  5. Kesatuan agama. Agama yang dibawa oleh para Nabi kesemuanya bersumber dari Allah Swt, prinsip-prinsip pokoknya menyangkut akidah, syariah, dan ahlak tetap sama dari zaman dahulu sampai sekarang.
  6. Kesatuan kepribadian manusia. Mereka semua diciptakan dari tanah dan ruh Illahi
  7. Kesatuan individu dan masyarakat. Masing-masing harus saling menunjang.

            Melalui unit-unit tersebutlah sebenarnya agama Islam mengajarkan betapa hubungan horizontal dan vertikal harus tetap berkorespondesi agar seseorang dapat memahami Islam secara menyeluruh atau sempurna. Selain itu unit-unit itu juga sebagai penunjang atau alat keperluan kita agar senantiasa mengingat Allah Swt. Sebagaimana telah di lantunkan oleh Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni :

Kita datang dan pergi untuk keperluan(unit-unit tersebut) kita
Dan keperluan orang hidup tiada habisnya

Semua keperluan akan mati bersamanya
Dan selama ia masih hidup keperluan itu tetap ada padanya. (Aidh Abdullah:2004:10)

II.3 Hubungan antara Agama dan Seni

            Setelah kita mengetahui pengertian dari agama dan seni, sekarang penulis akan menghubungkannya menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Jika sebelumnya telah diterangkan koridor agama mempunyai unit-unit yang terpisah namun hakikatnya satu sama lain saling berkorespondensi sehingga dari unit-unit itulah manusia bisa memahami agama secara menyeluruh. Begitupun dengan seni, dirinya berangkat dari ketidakpuasan seseorang untuk mewujudkan sesuatu melalui ekspresinya baik itu secara tulisan maupun lisan agar manarik kalbu orang lain untuk mencitrakannya melalui apresiasinya. Dari segi eksistensinya seni mempunyai unit-unit khusus yang beragam sehingga  manusia bisa menentukan pilihan seni apa yang bisa dipijakinya sehingga dirinya bisa berekspresi. Adapun unit dari pembahasan diatas bisa kita tarik hipotesa yaitu ada sisi kebutuhan diantara seni dan agama.

            Allah pun juga telah berseni dengan adanya bukti-bukti implementasi material, hal ini dibuktikan dalam firman-Nya(Mutawali:16:1990)


“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit ! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah 30)

            Kata menciptakan di ayat tersebut bisa kita maknai bahwasannya Allah telah melukiskan langit sebagai pelengkap dari bumi ini. Lalu sering kita bertanya bagaimana Allah melukiskan langit di bumi? Allah melukiskan langit di bumi merupakan kuasanya sebagaimana yang tertulis dalam sifatnya(asmaulhusna) bahwasannya Allah itu Al-Kholik yaitu maha pencipta wawlahu a’lam bissawab.

Kenapa saya mengatakan Allah telah berseni ?

             Karena Allah telah menciptakan langit di bumi dengan begitu estetisnya sehingga manusia dapat menikmati ciptaan-nya melalui pemanfaaatan segala isinya. Sehingga bisa kita tarik satu pemahaman bahwasannya Allah juga memiliki pencitraan terhadap seni karena  sebuah karya  seni-Nya telah dinikmati berjuta lamanya oleh manusia. Melalui karya seni-nya tersebut kita bisa mengambil manfaat yang ada di dalamnya dan berfikir. Sebagaimana hal tersebut termaktub dalam Al-Quran :

            Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi  dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir(mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka yang berfikir  tentang kejadian langit dan bumi…. (QS. Ali Imran 190-191)

            Di dalam ayat tersebut bahwa penikmat dari ciptaan-Nya yaitu manusia dituntut untuk selalu mengingat dan berfikir. Artinya manusia selain sebagai peknikmat karya seni-Nya diwajibkan atasnya untuk menjaga dan melestarikan karya keagungannya agar tidak rusak serta serta dapat mengambil manfaatnya melalui jalan berfikir bagaimana mengolah bumi agar bisa mensejahterakan diri setelah itu berfikir dan mengingatnya melalui selalu bersyukur kepada-Nya. Dari keterangan-keterangan diatas bisa kita tarik satu tituk temu bahwasannya hubungan seni dengan agama itu adalah koheren.

Kenapa penulis bisa nyatakan demikian ?  Ya,  karena  seni dan agama itu saling mengisi satu sama lain, saling berkaitan, dan bersifat benar untuk dinikmati selama sesuai dengan syariat agama Islam (yang tidak merugikan manusia lain). Selain itu  Allah dengan penciptaan karya seni-Nya(bumi) tidak merugikan manusia malahan sebaliknya menguntungkan bagi manusia.  

II.4. Jenis Seni yang Diharamkan

            Telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa Allah telah mengimplementasikan seni dengan menyediakan bumi dengan begitu indahnya. Sehingga manusia bisa mengambil manfaat dari ciptaan-Nya. Namun penulis kali ini akan memaparkan seni yang haram sehingga seni tersebut bisa menimbulkan mudharat yaitu seni yang bisa merugikan kaum muslimin.

1. Seni Musik

            Kadangkala seni musik itu bagi manusia adalah indah karena ia lah yang bisa menggetarkan hati dan jiwa . Tanpa seni musik hidup itu terasa hampa. Pertanyaannya adalah kenapa seni itu bisa jatuh kepada haram? Karena seni musik itu telah keluar dari syariat  agama sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Luqman :

“Di antara Manusia (ada) orang yang membeli omong kosong (omongan yang melalaikan atau lagu) untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah”. (QS Luqman : 6)

Ayat tersebut memperingatkan bahwa yang dimaksudkan dengan lagu lagu tersebut adalah lagu-lagu yang disertai dengan lahwun atau mengundang perkataan palsu dan bathil. Seperti alat musik yang akan memalingkan dari mengingat dan menghalangi jalan-Nya. Justru sebaliknya jika Al-Quran atau pekataan baik lainnya yang baca dengan suara yang bagus, maka tidak ada larangan untuk melakukannya. Barangkali ini rahasia pengharaman lagu di dalam Al-Qur’an dengan menggunakan lafadz sumud (QS An-
Najm: 59-61), karena arti sumud ialah nyanyian atau lagu-lagu yang tidak terhindar dari unsur lahwun dan kebatilan yang di haramkan syariat(Abi Bakr :28: 1992). Adakah lagu pada zaman Rasulullah SAW? Ada yaitu ketika sepulangnya rasul ketika memenangkan perang badar dengan di dendangkannya qasidah Tholaal Badru oleh sahabat-sahabat beliau.

2. Seni Lukis, pahat, dan Patung
           
            Al-Quran secara tegas dan dengan bahasa yang sangat jelas berbicara tentang patung pada tiga surat Al-Quran.

1. Dalam Surat Al-Anbiya (21) : 51-58 telah di uraikan tentang patung-patung yang disembah oleh ayah nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Quran terhadap patung-patung itu, bukan hanya sekedar menolaknya tetapi juga merestui penghancurannya.

Maka Ibrahim menjadikan berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar(induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya (QS Al-Anbiya [21] :58)

Ada satu catatan kecil yang dapat memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di atas, yaitu bahwa beliau menghancurkan semua berhala kecuali satu yang terbesar, membiarkan satu diantaranya dibenarkan, karena ketika itu berhala tersebut diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. Melalui berhala itulah Nabi Ibrahim membuktikan kepada mereka bahwa berhala betapapun bsar dan indahnya tidak wajar untuk disembah (Quraish Syihab : 1996:391). Sebagaimana hal tersebut termaktub dalam al-Quran dalam surah Al-Anbiya[21]: 63-64 :
“Sebenarnya patung yang besar inilah yang melakukannya(penghancuran berhala-berhala itu). Maka tanyakan kepada mereka dapat berbicara.” Maka mereka kembali kepada kesadaran diri mereka, lalu mereka berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya(diri sendiri)”. (QS Anbiya[21]: 63-64).

Selain itu dalam sabda Nabi Muhammad : Sesungguhnya rumah yang (dipajang) di dalamnya gambar, tidak akan masuk malaikat ke dalamnya.”

Diriwayatkan oleh : Imam Malik dalam al Muwatha’ dan Asyaikhan dari Aisyah

Asbabul Wurud : seperti tercantum dalam shahih Bukhari dari Aisyah R.A., bahwa dia pernah mmbeli sehelai tikar yang dihiasi dengan gambar-gambar. Setelah tikar itu dilihat oleh Rasulullah SAW, dan waktu itu beliau baru saja dekat pintu rumah, beliau tidak mau masuk. Maka Aisyah mengerti kalau beliau tidak suka, seperti terbayang dari air muka beliau. Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, aku tobat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Apakah gerangan dosa yang aku lakukan? Rasulullah SAW bersabda: “ Kenapa tikar bergambar ada disini? Aisyah Menjawab : “Aku membelinya dengan maksud agar engkau sudi duduk di atasnya atau engkau jadikan bantal kepala, Nabi bersabda : “Sesungguhnya pemilik gambar ini akan disiksa di hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya: Hidupkanlah apa yang kamu ciptakan. Kemudian beliau bersabda : sesuai hadis tersebut.

3. Seni Busana yang Keluar dari Koridor agama
            Seringkali kita melihat wanita berbusana tapi tidak berbusana. Bisa jadi ia dikatakan telanjang. Berbusana bagi wanita yang benar menurut pandangan islam yaitu menutup auratnya dari kepala hingga ujung kaki kecuali telapak tangan dan muka(Ahmad:1996:50). Jikalau lelaki yaitu menutup aurat Sesutu yang diantara pusat sampe lutut. Bila ketentuan itu dipatuhi berarti seni berbusananya telah menyimpang
 


II.5 Aplikasi Agama dalam Karya seni Iran

            Di masa lalu, seni merupakan salah satu sarana pengikat hubungan antar-budaya manusia. Menurut ilmu arkeologi, segala sesuatu yang dibuat oleh manusia disebut karya seni. Akan tetapi menurut terminologi, segala hasil karya manusia tak dapat dikatakan sebagai seni. Sementara itu, karya manusia yang spektakuler disebut sebagai seni, sejak
dulu hingga kini. Selain itu, karya seseorang memiliki hubungan langsung dengan keyakinan setiap kaum atau komunitas masyarakat tempat orang tersebut berada. Keindahan merupakan sebuah poin yang diterima oleh setiap seni di berbagai peradaban. Di samping itu, keindahan mempunyai peran penting dalam setiap karya seni. Akan tetapi karya-karya seni di berbagai negara dan peradaban memiliki nilai-nilai keindahan yang berbeda satu sama lain. Seni Cina, Iran, Kristen, Islam dan seni-seni lainnya mempunyai ciri masing-masing. Ketika nama negara tertentu muncul setelah kata seni, maka hal ini menunjukkan bahwa karya seni tersebut berkaitan dengan negara itu. Jika kata seni diimbuhi dengan nama salah satu agama, maka karya seni tersebut berasal dari budaya agama tersebut.
            Ketika kita berbicara soal seni Islam, tak diragukan lagi akan terlintas di benak masing-masing bahwa seni itu mempunyai ciri khas Islam, serta mengandung budaya dan nilai-nilai agama ini. Akan tetapi sebagian besar pakar bahasa dan seni seringkali menyebut seni Islam dengan istilah lain, seperti seni Arab atau Iran. Dengan demikian, fenomena ini menunjukkan bahwa seni Islam tidak dapat dilepaskan dari karakter budaya dan kaum setempat.
            Titus Burckhardt yang banyak melakukan riset mengenai berbagai karya seni di negara-negara Islam, mengatakan, "Seni kaligrafi dan lukis Iran bukan berasal dari Byzantium dan juga bukan dari Arab. Akan tetapi seni tersebut bermuara dari irfan agama." Untuk itu, seni kaligrafi Iran yang berhubungan dengan kandungan ajaran Islam sangat beragam, yang berbeda jauh dengan seni-seni sebelumnya. Hal ini juga menunjukkan pengaruh pemikiran Islam di kalangan seniman Iran.
            Seni kaligrafi Islam di Iran mempunyai keragaman yang luar biasa. Seni kaligrafi terkadang digunakan untuk arsitektur, khususnya arsitektur masjid, dan desain buku. Bahkan, seni tersebut juga digunakan untuk hiasan barang-barang. Dengan demikian, karya kaligrafi atau lukisan pada masa Islam kian menguat dari tahun ke tahun.
            Dalam lukisan-lukisan yang ditorehkan oleh seniman-seniman Iran, kita akan menyaksikan taman surga yang digambarkan dengan keragaman cahaya yang menerangi sisi kegelapan materi. Semua makhluk di sekitar manusia, bahkan makhluk aneh seperti bidadari dan simourgh, digambarkan dalam lukisan tersebut. Lukisan tersebut menggambarkan alam metafisik di dunia materi. Di sisi lain, seluruh gambar tersebut dilukis dengan cara sederhana tanpa perspektif. Hal ini menggambarkan keseragaman atau kesatuan antar makhluk yang digambarkan dalam lukisan tersebut. Selain itu, lukisan itu mengesankan alam metafisik atau surga.
            Dalam lukisan-lukisan Iran pasca Islam, para seniman cenderung menggunakan warna yang sangat beraneka ragam. Melalui keragaman warna yang luar biasa, hal-hal yang bersifat fisik berkesan menjadi sesuatu yang metafisik.
            Peniliti Iran, Dr Mohammad Ali Rajabi, ketika menyinggung penggunaan warna dalam lukisan-lukisan Iran pada masa Islam, mengatakan, "Penggunaan berbagai warna datar dan penghilangan bayangan bentuk sangatlah menonjol pada karya-karya lukisan..."
            Dalam seni-seni Iran, penggunaan warna mempunyai keunikan yang berbeda. Hal itu bisa dilihat dalam nilai-nilai seni yang dituangkan di permadani atau keramik, yang mencerminkan kesatuan warna yang menggabungkan warna-warna lainnya. Di seni keramik, warna yang sering digunakan adalah warna biru langit. Ini merupakan warna yang tepat untuk mempertemukan warna-warna lainnya. Selain itu, warna biru mencerminkan alam metafisik.
            Warna yang mendominasi warna lainnya juga seringkali digunakan dalam karya seni lainnya seperti seni penyepuhan. Keberagaman corak yang juga sekaligus kesatuan warna menunjukkan keberagaman makhluk dan kesatuannya. Di alam semesta ini terdapat berbagai makhluk, tapi pada saat yang sama, mereka mempunyai sisi kesamaan dari sisi wujud atau eksistensi. Spirit ke-irfan-an ini tercermin secara jelas dalam karya-karya seni Iran.
            Selain seni kaligrafi dan lukisan, terdapat seni Iran lainnya yang bermuara pada budaya Islam, yakni penulisan prasasti atau katibeh. Dalam bahasa Persia, seni ini disebut dengan istilah "katibeh negari". Katibeh atau prasasti adalah lempengan dari batu, kapur atau keramik, yang biasanya dipasang di pintu atau dinding-dinding bagian muka bangunan, terutama masjid.
            Tulisan religius yang dicantumkan di katibeh, sangat beragam. Ada tulisan mengenai pujian kepada Allah Swt dan sifat-sifatnya. Ada juga tulisan mengenai karakter mulia keluarga suci Rasulullah Saw, bahkan tulisan ayat Al-Quran dan doa-doa. Katibeh ini bisa disaksikan di masjid-masjid Isfahan dan Mashad.

            Perlu diketahui juga, tulisan yang dituangkan di katibeh-katibeh sangat bergantung pada instruksi yang ditujukan pada penulis. Jika instruktur adalah seorang penguasa, ia cenderung menuangkan tulisan yang isinya mengenai undang-undang dan keadilan. Jika penulis katibeh menerima perintah dari ulama, maka tulisan-tulisan yang dituangkan cenderung mengandung ayat Al-Quran, puisi penyair yang bijak, dan hadis-hadis yang memuji Allah Swt dan ciptaannya.
            Semua itu menunjukkan bahwa seniman-seniman Iran sangat komit dengan ajaran Islam dalam berkarya. Para seniman Iran juga dikenal sangat rendah hati, bahkan enggan menyebutkan nama dalam karya-karya seni mereka. Alasannya, karya seni mereka tak bisa dibandingkan dengan kebesaran ciptaan Allah Swt.

Bab III
Kesimpulan


            Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya  telah diterangkan bahwasannya Allah pun juga memiliki citra rasa seni yang tinggi sehingga manusia menjadi objek penikmat-nya. Bisa penulis simpulkan dalam makalah yang cukup singkat bahwa seni tidak bisa terlepas dari agama. Karena seni yang tidak ditopang agama akan  menyimpang dari semestinya. Menyimpang yang penulis artikan disini adalah merugikan orang lain atau tidak sesuai pada koridor agama. Misalnya pakaian yang minim pada tubuh wanita. Dengan wanita berpakaian begitu akan mengundang hawa nafsu laki-laki. Hal tersebut bisa dikatakan menyimpang. Namun apabila seni berbanding lurus dengan agama bisa kita lihat karya yang fenomenal seperti di Iran.


-->
Daftar Pustaka

  1. S.S, Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Appolo. Surabaya
  2. Asy-Sya’rawi, Mutawalli.1990. Bukti-Bukti Adanya Allah. Kairo-Mesir
  3. Shihab, Quraish. 1996.Wawasan Al-Quran. Mizan. Jakarta
  4. Hamzah, Ibnu. 1991. Asbabul Wurud diterjemahkan Drs. Zafrullah Salim. Kalam Mulia. Jakarta  
  5. Seadji, Ahmad. 1996. Penuntun Shalat Lengkap. Rica Grafika. Jakarta
  6. Al-Qarni, Abdullah. 2004. Cambuk Hati. Irsyad Baitus Salam. Bandung
  7. Transformatif.blogspot.com/2008/03/psikologitransformatif-pengaruh-islam.html



















Posting Komentar

0 Komentar